Rabu, 21 Mei 2008

Merekam Jejak Pelaku Mutilasi

Catatan Redaksi
Jum'at, 16 Mei 2008 - 16:44 wib

Syukri Rahmatullah - Okezone

KASUS mutilasi kembali terjadi, Kamis 15 Mei. Kali ini korban malang yang dimutilasi adalah seorang bocah berusia berumur antara 10-12 tahun. Badannya terpotong empat, namun kepalanya belum ditemukan. Sadis.

Kasus mutilasi ini sudah yang kesekian kalinya. Dari banyaknya kasus mutilasi di Jabotabek, baru dua kasus saja yang terungkap, yaitu kasus mutilasi di Jakarta Utara, Atikah Setyani dengan pelakunya Zaki Afrizal Nurfaizin (25).

Dan kasus mutilasi terhadap waria bernama Ismail di Bogor. pelakunya adalah Rifki Abrar Daulai. Kedua kasus ini memiliki kesamaan modus, yaitu sama-sama kisah asmara yang disembunyikan.

Zaki membunuh, karena Atikah kerap menghina dirinya karena kebohongannya ketahuan, yang awalnya mengaku sebagai mahasiswa Trisakti, padahal hanyalah penjual nasi goreng. Ditambah lagi Atikah sudah berbadan dua. Zaki sendiri memiliki istri dan anak di kampung.

Abrar sendiri, juga mengaku diancam akan dibunuh pacar sesama jenisnya, Ismail. Saat itu, Abrar mengaku akan kembali hidup normal bersama istrinya.

Sementara kasus lainnya, seperti korban mutilasi Eka Putri (21), warga Brebes yang menjadi buruh ditemukan di Jalan Sersan Aswan, Kelurahan Margahayu, Bekasi, 17 April lalu juga belum didapatkan.

Selain itu, sejumlah kasus mutilasi terhadap bocah juga belum ditemukan pelakunya. Seperti bocah yang ditemukan di belakang pasar Klender 9 Juli 2007 lalu, di Kelapa Gading pada Mei 2007 lalu, dan di Bekasi 14 Januari 2008.

Dalam pengamatan okezone, pelaku mutilasi bocah dan pelaku mutilasi Eka Putri memiliki perbedaan. Diduga, pelaku mutilasi Eka memiliki kisah asmara yang disembunyikan, seperti yang terjadi pada Atikah di Jakarta Utara dan Ismail di Bogor.

Sedangkan, pelaku mutilasi bocah merupakan orang yang sama. Pasalnya dalam beberapa kali modusnya memiliki kemiripan. Contohnya, setiap bocah yang dibunuh, pasti sebelumnya disodomi terlebih dahulu. Kemudian, kepalanya di buang terpisah dengan badannya. Dan kardus menjadi tempat untuk menyimpan tubuh korban.

Sementara, tempat pembuangan korban mutilasi selama ini tidak jauh dari Pulogadung sebanyak 2 kali, Klender atau Cakung 1 kali, dan Kelurahan Margahayu sebanyak 3 kali.

Mengenai pelaku, banyak versi yang menduga-duga. Psikolog Sartono menduga, pelaku adalah psikopat dan aksi mutilasi hanyalah ajang dirinya "unjuk gigi:. Alangkah kejamnya, jika kebiasaannya "unjuk gigi" ini dilakukan dengan memutilasi.

Sedangkan Komnas Perlindungan Anak (KPA) menduga, pelaku adalah jaringan penjualan organ tubuh. Pasalnya, terdapat beberapa bagian tubuh yang hilang saat ditemukan, seperti yang ditemukan di Klender.

Namun, dari sekian banyak analisa dan pendapat. Masyarakat hanya membutuhkan ketenangan, keamanan, dan berharap kejahatan sadistis itu tidak terjadi pada anak-anak mereka.

Mudah-mudahan dengan banyaknya analisa yang muncul, membuat pihak kepolisian semakin giat mencari pelakunya, para orangtua tidak lagi khawatir, dan anak-anak kembali aman. (uky)