Jumat, 12 September 2008

"Berita Adalah Candu"

TAK TERASA cukup lama aku tak menyapa blogku sendiri. Padahal biasanya kalau aku sedang tidak sempat menulis untuk blog, aku copy paste tulisanku yang dimuat di catatan redaksi. Entah lah, baru Sabtu 13 September ini aku punya peluang untuk menulis lagi.

Kalau Karl Mark pernah bilang bahwa agama adalah candu, menurutku bagi seorang jurnalis “berita adalah candu”. Bagaimana tidak, setiap hari, jam, bahkan detik sekalipun perhatianku tak pernah lepas dari memantau berita.

Hal ini sangat aku alami setelah aku menjadi salah satu awak di redaksi okezone.com. Tidak seperti di media tempat aku bekerja sebelumnya, Harian Nonstop (rakyat merdeka grup), yang relatif bisa cuek, santai, dan kadang tak peduli dengan situasi, kali ini aku sungguh tidak bisa.

Coba lihat saja rutinitas hidupku: Sebagai seorang ayah beranak satu, tuhan menitipkan “jam weker” kepadaku bernama Ananda Wardah Wahidah (3). Dialah yang selalu membangunkanku di setiap pagi dengan rengekannya. Memaksaku bangun dan meminta bermain dan berkelakar dengannya. Padahal biasanya aku tidur cukup larut.

Setelah bermain, bercanda dengan anakku sekira satu jam, aku bergegas mandi untuk segera ke kantor. Tapi pagi itu, sembari bercanda aku selalu mencari informasi ada apa pagi ini?.

Aku pun mencari melalui televisi, Koran-koran, sehingga “kepalaku sudah terisi” ketika aku masuk kantor. Kegiatanku yang ini sering kali diprotes istriku, Siska Anorita (28). Dia kadang sudah cemberut jika aku sudah membaca, karena baginya ketika suaminya di rumah adalah sudah milik keluarganya bukan milik kantornya. Tapi aku tetap tidak bisa. Beruntung terkadang dia memahamiku.

Setibanya di kantor, seperti biasa, aku selalu memantau media lain. Apa yang menjadi headline koran-koran nasional dan di Jakarta. Terkadang aku suka tersenyum simpul, jika aku melihat ada berita yang kami garap kemarin, tiba-tiba ikut menjadi perhatian media lain pagi ini. Inilah yang namanya kepuasan batin.

Seorang jurnalis tidak punya jam kerja yang tepat, datang pukul 09.00 WIB pulang pukul 17.00 WIB. Menurut saya, kalau mau seperti itu jangan jadi jurnalis! Karena pasti akan mengalami kesulitan.

Makanya, setiap bekerja aku datang sekira pukul 09.00 WIB, namun setiap pulang aku tidak pernah tepat waktu. Secara de jure, seharusnya pukul 20.00 WIB sudah bisa pulang. Namun, faktanya aku pasti sampai rumah paling cepat pukul 22.30 WIB atau hingga pukul 23.50 WIB.

Begitu setiap hari, maka wajar anakku selalu meminta perhatian lebih. Karena pertemuanku dengannya hanya dalam hitungan jam. Beruntung aku punya tips mengenai hal ini, yaitu pertemuan yang berkualitas. Kuusahakan setiap pertemuanku dengannya, selalu sulit dia lupakan. Makanya, aku selalu saja membuatnya tertawa, tersenyum dengen lelucon, cerita yang aku buat-buat.

Dalam sepekan, aku hanya mendapat libur sehari. Namun, waktu itu tidak secara “penuh” aku bisa gunakan untuk keuarga. Seperti aku bilang tadi, “berita adalah candu”, sekalipun libur akupun tetap memperhatikan berita.

Namun, candu menurutku tidak selamanya buruk. Kadang kalau digunakan untuk kebaikan maka hasilnya baik, namun jika berlebihan bisa berakibat tidak baik. Kecanduan seorang jurnalis akan berita juga bukan hal yang buruk, malah positif. Karena dia bisa menjadi jurnalis yang mumpuni dengan penguasaan isu yang cukup memadai.

Tidak ada komentar: