Kamis, 28 April 2011

Mainanku Mautku

Syukri Rahmatullah
Jum'at, 11 Maret 2011 - 12:02 wib
Syukri Rahmatullah.

BERMAIN seharusnya menjadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Tapi, apa jadinya jika permainan justru berujung maut.

Tewasnya seorang bocah kelas 1 SD di Depok, Rivaldi, di tangan kawannya sendiri, Rsk (11) harus menjadi perhatian serius. Apalagi, dia tewas karena tertusuk besi di bagian kepala yang mereka jadikan alat permainan mereka.

Permainan yang dilakukan Rivaldi dan Rsk tergolong sadis. Mereka bermain perang-perangan dengan teman-temannya dengan menggunakan peralatan yang tidak semestinya.

Di Amerika Serikat sebanyak 235.000 anak sepanjang tahun 2008 masuk unit gawat darurat karena mengalami luka akibat mainan mereka.

Pada tahun yang sama, 19 orang meninggal karena mengalami kecelakaan mainan mereka. Kebanyakan anak mengalami tersedak karena menelan mainan kecil.

Di Indonesia, akhir tahun 2010 sebanyak 20 anak masuk unit gawat darurat dan 8 di antaranya terancam buta permanen. Mereka masuk UGD, setelah bermain perang-perangan dengan pistol mainan yang pelurunya mengenai mata mereka.

Dari fenomena ini, mainan bisa menyenangkan dan juga berbahaya. Karenanya, perhatian serius terhadap mainan dan permainan anak haruslah ditingkatkan.

Setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dari fenomena ini. Dari segi regulasi, pemerintah seharusnya menjaga ketat mainan yang masuk ke Indonesia. Mainan yang bisa membuat cedera bahkan mencabut nyawa, sebaiknya sudah disetop dan dilarang peredarannya.

Kedua, anak-anak adalah peniru yang ulung. Karenanya, sebaiknya mereka tidak melihat kekerasan baik secara verbal ataupun melalui media. Karenanya, media seperti televisi berperan penting untuk mencegah kekerasan di kalangan anak-anak dengan tidak menayangkan hal-hal yang berbau kekerasan.

Terakhir, kembali ke orangtua. Permainan anak memang terkesan sederhana dan tidak diambil serius oleh kebanyakan orangtua. Padahal, beberapa contoh kasus di atas membuktikan bahwa kebanyakan permainan anak yang mengakibatkan cedera atau hilangnya nyawa, disebabkan tidak adanya pengawasan dari orangtua.

Anak-anak adalah masa depan bangsa. Menjaga mereka sama juga dengan menjaga masa depan bangsa ini.

Tidak ada komentar: