Rabu, 06/06/2007 17:24 WIB | ||
Catatan Redaksi Interpelasi Iran Panas, Dagelan Politik Lagi? |
Syukri Rahmatullah - Okezone | |
Namanya dagelan, itu hanya lakon dan tidak serius. Di depan panggung bisa saja mempertontonkan empati, simpati bahkan hingga berkelahi hebat layaknya Rahwana dengan Rama dalam memperebutkan Shinta, tapi di belakang bisa ngopi dan merokok bersama di sebuah kafe mewah, tertawa menceritakan dagelan mereka. Setelah dagelan panas antara Amien Rais dan Presiden SBY bertema DKP dan Dana Asing Capres 2004 selesai dengan Cipika-Cipiki di bandara Halim secara diam-diam. Kembali rakyat akan dipertontonkan dagelan politik baru, menampilkan Presiden SBY dan DPR dengan judul Interpelasi Iran yang sampai saat ini episode demi episodenya masih berlangsung. Bagaimana tidak dibilang sebagai dagelan, melaju mulusnya interpelasi soal Iran hingga ke rapat paripurna ini cukup mengejutkan banyak kalangan, termasuk mantan Ketua MPR yang sempat bernazar akan potong ayam jika interpelasi Iran jebol hingga rapat paripurna. Tentu saja mengejutkan, melihat kekuatan partai-partai pendukung pemerintah, jika digabungkan akan menjadi suara mayoritas di DPR. Menurut catatan okezone, partai politik yang merupakan gerbong pemerintah SBY-JK adalah, partai Presiden SBY, Partai Demokrat, partai Wapres Jusuf Kalla, Golkar dan partai-partai menteri KIB, yaitu PPP yang diketuai Menkop dan UKM Suryadarma Ali, PKB dan PAN yang sama-sama punya dua kader di kabinet, PKS yang punya tiga kader di kabinet, Ketua Umum PBB MS Ka'ban yang juga Menteri Kehutanan. Jika digabungkan seluruh suara partai pendukung, Golkar Partai Golkar 128 suara, PPP 58, Demokrat 57, PKS 45, PKB 52, PAN 52, PBB 11. Artinya total suara yang dimiliki SBY-JK di DPR sebanyak 398 suara atau mayoritas dari 500 suara yang ada di DPR. Sementara hanya PDIP dengan 109 suara saja yang terlihat oposisi terhadap pemerintah SBY-JK, sisa partai lainnya bermain di posisi abu-abu, menolak sebentar, mendukung atau cari aman dengan memilih abstain seluruhnya sejumlah 36 suara saja. Jika mengacu kepada kekuatan suara SBY di DPR, tentu saja kita patut mempertanyakan keseriusan pendukung interpelasi soal Iran di DPR, sekalipun berhasil menunda sidang paripurna pertama dan "mengusir" tujuh menteri yang diutus Presiden SBY untuk menjawab interpelasi DPR soal Iran. Akan tetapi, penundaan sidang paripurna interpelasi bukan berarti kemenangan para pengusul interpelasi, tetapi tetap kemenangan SBY-JK. Karena kepada Presiden SBY, Ketua DPR Agung Laksono mengatakan penundaan sidang interpelasi karena ada masalah internal, bukan karena ketidakhadiran Presiden SBY. Dalam catatan okezone juga, beberapa kali DPR berupaya mengajukan hak angket maupun interpelasi baik soal impor beras hingga yang paling keras adalah soal kenaikan harga BBM, semuanya selalu kandas, karena kekuatan parpol pendukung SBY-JK sangat solid mengganjal setiap upaya-upaya menjatuhkan pemerintah. Jika berdasarkan hitungan politik tersebut, kekuatan interpelasi Iran jelas tidak akan didukung pimpinan parpol masing-masing, seperti Yuddy Chrisnandi dari Golkar, Effendi Choerie dari PKB, Ali Mukhtar Ngabalin dari PBB, kecuali Ario Bimo dari PDI Perjuangan. Sehingga pada saat tertentu, ketika dikembalikan kepada partai, maka interpelasi soal Iran ini pasti akan mengendur dan hilang ditelan dagelan baru lainnya yang sudah disiapkan untuk muncul. Akhirnya, rakyat hanya menjadi penonton dagelan politik parlemen saja, tidak akan sampai tuntas, sementara rakyat yang menonton sempat menggebu-gebu atau bahkan terprovokasi mengikuti tensi yang ada di parlemen, sayangnya itu hanya akan terjadi sesaat saja, tidak lama karena memang itulah dagelan tidak pernah mencarikan solusi hanya mempertontonkan adegan-adegan saja. (*) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar