Rabu, 13 Juni 2007

Ketika Laptop Tukul "Dicuri" Anggota Parlemen

Jum'at, 23/03/2007 14:28 WIB
Catatan Redaksi
Ketika Laptop Tukul ‘Dicuri’ Anggota Parlemen
Cetak E-mail
Syukri Rahmatullah - Okezone
ukay.jpgDua hari terakhir ini sepertinya kuping artis Tukul Arwana terasa ‘panas’. Bagaimana tidak, namanya semakin santer disebut, setelah terbongkarnya rencana bagi-bagi laptop buat 550 anggota DPR, Rabu 21 Maret kemarin.

Disusul rencana Sekjen DPD Siti Nurbaya melakukan konsultasi dengan Departemen Keuangan untuk mengajukan anggaran yang sama, pengadaan laptop anggota DPD senilai Rp19 juta perorang.

Tidak tanggung-tanggung, yang menyebut nama Tukul hampir 550 anggota DPR dari yang sekedar anggota biasa, hingga pimpinan DPR Zaenal Maarif.

Akan tetapi, yang membuat Tukul lebih kesal adalah laptop yang selalu dipakainya saat membawa acara di televisi justru lebih murah ketimbang laptop yang rencananya akan dibagikan kepada anggota DPR, senilai Rp21 juta. Wuiiih.

Laptop yang sering dipakai Tukul saja memiliki layar 12-14 inch, sedangkan laptop untuk anggota DPR berlayar 10-11 inch, artinya lebih kecil dan lebih bonafide ketimbang yang dipakai Tukul, bagaimana tidak mahal Rp21 juta perlaptop sih.

Pengadaan laptop ini menimbulkan kontroversi di kalangan parlemen sendiri hingga di luar parlemen.

Pertama, pengadaan laptop ini yang menghabiskan anggaran Rp12,1 Miliar dianggap masyarakat tidak elok di tengah sulitnya perjuangan masyarakat Sidoarjo dalam meminta ganti rugi dari hak yang mereka miliki, belum lagi bencana-bencana lainnya seperti longsor di Kabupaten Manggarai, banjir di Surabaya dan Bandung.

Kedua, baik dari dalam maupun luar parlemen mengakui bahwa harga Rp21 juta untuk satu buah laptop sangatlah mahal. Bahkan ahli telematika Roy Suryo saja menggeleng-geleng kepada setelah mendengar pengadaan 550 buah laptop untuk anggota DPR. “Ah, itu hanya akal-akalan Setjen DPR saja,�? komentar singkat Roy Suryo.

Bagaimana tidak mahal, laptop yang diminta BURT dan disetujui Sekjen DPR adalah laptop dengan spesifikasi ‘langka’ seperti layar 10-11 inchi, berat kurang dari dua kilogram, kekuatan 1 giga dan lain-lain. Laptop Tukul saja hanya 14 inci, mirip televisi tetangganya di rumah.

Ketiga, yang lebih mengejutkan adalah dari 550 anggota DPR masih banyak yang belum melek computer alias gagap tekhnologi (Gaptek). “Jika anda main ke ruang DPR, banyak komputer CPU yang diberikan kepada staf karena anggota dewannya tidak bisa menggunakan komputer,�? kata Direktur Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, Bivitri Susanti.

Bahkan anggota BURT sendiri, Nursanita Nasution mengakui sekitar 50 persen anggota DPR masih gaptek. “Yang gaptek itu, yang tua-tua itu loh..�? jawab Nursanita. Akan tetapi persoalan gaptek ini dianggap santai Sekjen DPR Faisal Jamal, “Kan kalau dikasih laptop bisa belajar,�? ujarnya.

Least but not last, ketua MPR Hidayat Nurwahid hingga turun tangan menasehati agar dalam pengadaan laptop ini menyakiti hati rakyat, Hidayat sendiri menolak laptop tersebut.

Meski penolakan terhadap rencana pembagian laptop terus bertubi-tubi, bak pepatah ‘Anjing menggonggong kafilah berlalu,’ pengadaan laptop senilai Rp21 juta untuk 550 anggota DPR terus berjalan, sekitar sembilan perusahaan sudah resmi mendaftar ke Setjen DPR untuk ikut tender, rencananya Rabu 28 Maret nanti dimulainya tender.

Kabar yang didengar, Tukul merasa sedih karena 'laptop' yang melejitkan namanya telah ‘dicuri’ anggota DPR, untung saja Tukul belum mendaftarkan ‘laptopnya’ ke lembaga HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) sehingga parlemen tidak bisa digugat. Akhirnya, …kembali ke laap tooop.(uky)

Tidak ada komentar: