Syukri Rahmatullah
Rabu, 20 April 2011 - 13:55 wib
PENCULIKAN yang marak kembali terjadi di Tanah Air disinyalir dilakukan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) KW9.
Setidaknya ada dua peristiwa penculikan yang menunjukkan pola yang sama dan mengarah kepada aktivitas NII KW9. Yaitu penculikan terhadap sembilan orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan penculikan terhadap pegawai perempuan dari Kementerian Perhubungan bernama Lian Febriarni.
Fenomena penculikan orang untuk dicuci otaknya agar ikut kepada gerakan mereka ini sudah terjadi sejak tahun 1990-an. Akan tetapi, sampai saat ini gerakan cuci otak tersebut masih terjadi.
Gerakan cuci otak yang dilakukan NII KW9 ini memang terbilang unik. Pola hit and run yang mereka lakukan tak hanya menyulitkan orangtua korban dalam proses pencarian anak mereka yang berhasil direkrut aktivis NII KW9.
Dari beberapa mantan korban ‘penculikan’ yang sempat berbincang dengan penulis, ada beberapa kesimpulan mengenai pola yang dilakukan aktivis NII KW9 ini adalah mengincar korbannya. Pertama, yang diincar mereka adalah orang yang dalam usia labil. Makanya yang banyak diculik adalah dari kalangan sekolah menengah atas dan mahasiswa yang masih dalam proses pencarian jati diri.
Kedua, mereka mengincar orang yang tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup. Atau sekalipun pernah mengenyam pendidikan agama, tidak teguh dalam bersikap.
Makanya, dalam proses merekrut korban. Aktivis NII juga melihat terlebih dahulu kapasitas korban dalam pengetahuan agamanya. Jika korban diajak diskusi soal agama dan tidak kritis atau ngeyel, maka ini adalah calon potensial untuk menjadi target mereka.
Di awal pertemuan, biasanya aktivis NII ini tampil dengan penampilan yang perlente, jauh dari kesan agamis yang berjubah dan berjenggot tebal. Akan tetapi, mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengagitasi korbannya dengan sejumlah dalil-dalil alquran untuk membenarkan argument mereka.
Setelah korban masuk dalam kategori potensial, barulah aktivis NII KW9 tersebut membawa mereka ke dalam lingkungan pertama mereka untuk mendapat doktrin lebih lanjut. Salah satu kawan saya mengaku pernah dibawa ke dalam suatu rumah dan di sana dia mendapatkan doktrin setiap saat dan diharuskan membaca buku-buku mereka. Dia tidak diperbolehkan pulang.
Dalam fase ini, ada juga yang berhasil kabur dan mengalami syok. Karena tidak kuat dengan doktrin dan keharusan membaca buku yang membenarkan argumentasi mereka itu.
Biasanya yang berhasil kabur itu, akan terus dikejar dengan dihubungi ataupun didatangi rumah atau tempat tinggalnya. Jika tidak berhasil dibawa kembali, biasanya aktivis NII ini akan berpindah tempat mencari tempat tinggal baru untuk menghilangkan jejak jika si korban membocorkan lokasi tempat mereka.
Menelusuri NII ini tidaklah mudah, karena mereka tergolong ketat dalam menyeleksi kadernya. Ada banyak fase, sehingga korban yang baru saja berhasil masuk ke dalam kelompok mereka tidak mudah dapat bertemu dengan pemimpin NII KW9 regional apalagi di tingkat pusat.
Melihat tipologi di atas sebenarnya yang menjadi pokok utama adalah mengenai penyesatan pembelajaran agama. Karenanya, saat ini sangat penting untuk mengenal latar belakang guru ngaji atau ustaz yang mengajar agama. Di mana dia menimba ilmu agama dan seperti apa tempat dia menimba ilmu.
Kemudian, yang penting juga adalah pendampingan keluarga. Karena, kebanyakan yang terjadi adalah keluarga kurang mendampingi korban dalam proses pembelajaran agama. Sehingga, ketika doktrin agama yang menyesatkan masuk sangat sulit untuk ditanggulangi.
Hal ini sebagaimana terjadi kepada pelaku pengeboman di Cirebon yaitu M Syarif. Orangtuanya, Abdul Ghofur mengaku anaknya berubah setelah mengikuti salah satu pengajian. Dalam sebuah kesempatan, M Syafir mengkafirkan ayahnya dalam berdiskusi soal agama.
Selain dua pencegahan di atas. Yang lebih penting adalah tindakan dari pemerintah melalui aparat keamanan. Aparat keamanan seharusnya lebih sikap dalam menyikapi pergerakan NII KW9 ini. Karena gerakan ini sudah terjadi di Indonesia sejak dua dasawarsa lalu dan korbannya juga cukup banyak.
Sudah sepatutnya NII KW9 ini menjadi target operasi intelijen Tanah Air. Karena kelompok ini dapat mengancam kedaulatan negara. Jangan menunggu penculikan lagi terjadi!
Kamis, 28 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar