Kamis, 28 April 2011

Bintang Porno & Kemajuan Film Tanah Air

Syukri Rahmatullah
Kamis, 31 Maret 2011 - 13:03 wib

BEBERAPA waktu lalu Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata merencanakan pengurangan pajak untuk pembuatan film lokal. Hal ini diharapkan mampu mendorong para sineas lokal untuk berkreatif dalam meningkatkan produktivitas dan mutu film Tanah Air.

Tak lama berselang, Maxima Pictures berencana mendatangkan bintang porno asal Jepang untuk yang ketiga kalinya. Setelah Rin Sakuragi dan Miyabi, kini mereka akan mendatangkan bintang porno bernama Sora Aoi.

Memboyong bintang porno luar negeri tak hanya dilakukan Maxima Pictures, K2K Production juga mendatangkan bintang porno. Kali ini berasal dari Negeri Paman Sam, Tera Patrick.

Entah apakah strategi dua rumah produksi tersebut sejalan dengan semangat pemerintah dalam meningkatkan mutu dan produktivitas film Tanah Air? Kalau dari segi produksi, mungkin bisa dibilang ada peningkatan. Bayangkan saja, Maxima yang telah berdiri 2006 lalu telah membuat 20 film, kebanyakan didominasi film horor dan komedi. Di antaranya ada Air Terjun Pengantin, Menculik Miyabi, Hantu Tanah Kusir, dan Suster Keramas.

Produksi film Tanah Air memang beberapa tahun ini meningkat dibandingkan tahun 1992 yang hanya 41 film dalam setahun, 1998 hanya 11 film, bahkan tahun 2001 hanya empat buah film nasional saja.

Tahun 2010 kemarin film nasional sudah mencapai 70 buah film, tahun ini ditargetkan mencapai 100 buah film. Akan tetapi bagaimana dengan mutunya. Di tahun 2010 memang film nasional meningkat

Pertanyaan selanjutnya, apakah hanya jumlah film saja yang kita tingkatkan. Bagaimana kabar dengan mutu film Indonesia. Apakah akan dibiarkan film nasional berbau esek-esek ini terus muncul. Padahal, secara penjualan tak sebagus film nasional lain yang tidak berbau esek-esek.

Contohnya, film yang dibintangi Rin Sakuragi ternyata tak mampu menyaingi film yang Air Terjun Pengantin yang diproduksi PH yang sama. Keduanya, juga belum mampu bersaing dengan pendapatan film Ayat-Ayat Cinta dan juga Laskar Pelangi.

Di samping itu juga masih banyak sineas yang memiliki idealisme dalam membuat film. Sebut saja Mira Lesmana dan Riri Reza yang terus berupaya mengangkat film nasional baik secara kuantitas dan juga kualitasnya. Terbukti dua film terakhir yang mereka sajikan selalu diburu para pecinta film.

Lihat juga Hanung Bramantyo, yang mengangkat produksi film nasional melalui Ayat-Ayat Cinta dan Sang Pencerah. Dan yang tak kalah idealis adalah Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Pasangan selebriti yang pernah menggarap film Senandung di Atas Awan ini sering menggarap film bertema nasionalisme, seperti King dan Tanah Air Beta.

Artinya dari sini terlihat jelas. Bahwa, kuantitas dan kualitas masih tetap perlu berjalan seiring seirama dalam memajukan film Tanah Air. Tinggal bagaimana niat baik pemegang wewenang, dalam hal ini Kemenbudpar, Lembaga Sensor Film, dan juga pelaku, sutradara, aktor, dan aktris.

Tidak ada komentar: