Syukri Rahmatullah
Kamis 28 April 2011.
Di tengah perjalanan pulang kantor ponsel saya bergetar, ternyata di salah satu forum BB mengabarkan ‘polisi tangkap sutradara film aceh, diduga teroris’. Mendapat info ini, saya pantulkan ke email kantor agar ditindaklanjuti.
Sepintas tak ada yang aneh dari informasi itu, saya menganggapnya hal biasa yang sama seperti informasi lainnya yang datang mengabarkan sebuah kejadian. Ternyata keesokan harinya, sutradara tersebut adalah otak pelaku bom buku yang dikirim ke kantor Ulil, Yapto, dan Ahmad Dhani.
Yang mengejutkan pelaku berinisial ‘P’ itu kabarnya adalah alumni mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN), tempat saya pernah menimba ilmu selama empat tahun.
Dari sini saya masih bersikap biasa, karena sebelumnya pernah ada penggerebekan di salah satu kos-kosan mahasiswa yang ternyata dihuni teroris, kasus ini juga melibatkan alumni Universitas Islam Negeri (UIN).
Yang lebih mengejutkan ternyata pria berinisial ‘P’ ini bernama Pepi dan dia ternyata adalah orang yang pernah kongkow dengan saya dan kawan-kawan di Gang Pesanggrahan, samping kampus UIN.
Pepi hanya salah satu dari banyak orang yang mungkin berbeda dengan kami -aktivis gerakan UIN- tapi tetap saja berteman dan kongkow. Seingat saya, Pepi bukanlah aktivis, dia tidak pernah terlibat dalam gerakan mahasiswa,
Kejutan belum selesai, Pepi ternyata adalah pemimpin dari 19 orang lainnya yang berhasil dia pengaruhi untuk membuat dan menyebarkan bom buku. Ternyata ada beberapa lagi alumni UIN yang terlibat, sebut saja Muhammad Maulana Sani alias Maulana alias Alan. Dia pernah kuliah di jurusan sastra Arab UIN Syahid Jakarta.
Ada lagi Hendi Suhartono alias Tono alias Zokaw. Dia S1 fakultas filsafat Ushuludin UIN. Ada juga Muhammad Fadil, dia juga satu jurusan dengan Tono alias Jokaw.
Selain alumni UIN ada juga yang bukan jebolan kampus atau hanya lulusan SMA yang terlibat, seperti Mohammad Syarif alias Aip alias Culik.
Saya kurang hapal benar dengan Pepi. Mungkin jika melihat wajahnya akan mengingat kembali dia adalah orang yang pernah nongkrong di Jalan Pesanggrahan. Tapi, ada beberapa nama yang saya ingat dan masih hapal wajahnya.
Misalnya M Maulana yang biasanya kami panggil Alan. Jika benar dia adalah angkatan 1997 dan pernah ngekos di lantai 2 persis dekat samping pintu kampus, dia adalah Alan yang kami kenal.
Beberapa teman yang sama-sama sering kongkow juga mengenal Jokaw. Tapi, jujur saya lupa wajahnya, sama seperti Pepi. Mungkin jika melihatnya saya akan mengenalnya.
Ada satu lagi yang saya kenal dan ini sudah pasti dia. Dia adalah Muhammad Syarif alias Aip. Kami biasa memanggilnya Culik. Dia adalah warga yang tempat tinggalnya berdekatan dengan kampus. Melalui tongkrongan saya sempat mengenal dia, bahkan dia pernah mengikuti beberapa aksi demontrasi yang pernah kami lakukan di luar kampus sebagai massa cair.
Sampai sekarang saya seolah tak percaya jika mereka benar-benar terlibat dalam kasus terorisme. Karena, mereka bukan berasal dari kelompok organisasi rohis kampus seperti KAMMI atau dekat dengan kelompok pengajian masjid atau kelompok kecil lainnya.
Mereka, dulunya, adalah orang-orang abangan, anak tongkrongan, yang sering menghabiskan waktu dengan minum di malam hari, dan lain-lain yang jauh dari
aktivitas keagamaan. Jadi jujur saya heran.
Dari peristiwa ini saya mendapatkan dua kesimpulan. Pertama, keyakinan seseorang bisa saja mudah berubah. Dari yang tadinya disebut ‘anak nakal’ malah sekarang berjihad. Tergantung ruang (kondisi sekitar dia) dan juga waktu.
Kedua, jangan pernah merasa benar-benar mengenali dengan baik sekeliling Anda. Bisa jadi dia teman Anda sekarang, tapi kemudian berubah menjadi orang yang tidak Anda kenal sama sekali.
Yang pasti jagalah diri Anda da keluarga dari serbuan ‘pengaruh’ kelompok Islam keblinger. Yang mengaku mengenal Tuhan padahal mereka jauh dari Tuhan. Semoga Allah memberikan mereka hidayah…amien.
Kamis, 28 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar